Latest Post

Empat Tempat Saksi Peradaban Kuno

Written By kasmawan27@gmail.com on Sabtu, 22 Agustus 2015 | 05.26

Alasan turis melancong ke suatu negara salah satunya karena kebudayaan unik dan bersejarah. Sejumlah tempat menjadi saksi peradaban kuno.
Karenanya sejumlah tempat bersejarah patut dikunjungi untuk mengetahui sejarah peradaban kuno. Berikut sisa peradaban kuno yang perlu dikunjungi dikutip Express, Jumat (27/2/2015).
Machu Picchu di Peru
Bangunan ini merupakan bukti prestasi arsitektur Amerika Selatan pada abad ke-15. Terletak di lanskap Andes, Peru, Machu Picchu berdiri dari waktu ke waktu. Ini merupakan saksi sejarah warisan Kekaisaran Inca yang jauh dari jantung kota.
El Castillo di Meksiko
Di sini bisa mencari tahu mengenai kebudayaan suku Maya kuno yang mendirikan tempat ini. Mendominasi cakrawala dari Chichen Itza, El Castillo berdiri sebagai situs keagamaan dari peradaban suku Maya pra Columbus yang dihuni negara Yucatan Meksiko antara abad kesembilan sampai ke-12. El Castillo memberi pengunjung ke dalam pandangan dunia yang unik dari peradaban luar biasa.
Pulau Robben di Afrika Selatan
Anda bisa mengenang kehidupan dan perjuangan Nelson Mandela di penjara yang menahannya selama 18 tahun.
Pulau Robben memegang simbolis dalam sejarah Afrika Selatan dan dunia. Sejak Afrika Selatan terbebas dari rezim Apartheid, penjara telah menjadi landmark bagi kemenangan demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia.
Petra di Yordania
Anda bisa mengagumi kota prasejarah Petra di Yordania yang hilang dari dunia selama ratusan tahun. Berdirinya Petra menggambarkan rasa hormat akan prestasi Kerajaan Nabatea. Sementara, makna sejarah Petra lebih kepada perannya sebagai pusat perdagangan terpenting kala itu.
Pada zaman itu pedagang dari China, Arab dan Romawi sering singgah dan bertransaksi, serta bertukar budaya.

Inikah Bunga Pertama di Muka Bumi?

Written By kasmawan27@gmail.com on Jumat, 21 Agustus 2015 | 09.08

Dengan menganalisis lebih dari 1.000 fosil, ilmuwan menemukan bunga yang mungkin bisa disebut bunga pertama di dunia, bernama Montesechia vidalii.

Penemuan yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences tersebut berpotensi mengubah pandangan manusia tentang evolusi bunga di Bumi.

"Ini karena bunga tersebut begitu tua dan merupakan tumbuhan akuatik sejati (hidup di air)," tulis David Dilcher, pakar tumbuhan purba dari Indiana University, dalam publikasinya.

Perkembangan bunga sebagai bagian dari tumbuhan sebenarnya relatif baru secara evolusi. Bunga tampak sebagai sistem yang kompleks, terdiri dari kelopak mahkota dan sel kelamin. Namun, kompleksitas itu nyatanya membantu tumbuhan menyebar.

Kemunculan dan maraknya tumbuhan berbunga atau angiosperma pada masa lalu hingga kini menjadi misteri. Para ahli evolusi dan botani bertanya-tanya mengenai prosesnya.

Walau demikian, menjawab proses maraknya angiosperma akan sulit tanpa tahu bunga pertama yang muncul di Bumi dan wujudnya serta perubahan penampakan bunga dari waktu ke waktu.

Sementara itu, menemukan bunga pertama merupakan sesuatu yang cukup sulit. Meski hal-hal genetik dan molekuler sudah berkembang, upaya pencarian bunga pertama di muka Bumi masih bergantung pada fosil.

Sekitar sepuluh tahun lalu, Dilcher dan rekannya menemukan fosil bunga di Tiongkok yang kemudian dinamai Archaefructus. Kala itu, bunga tersebut diklaim sebagai yang tertua.

Hal ini bertahan hingga kemudian Dilcher meneliti spesies M vidalii yang ditemukan 100 tahun lalu di pegunungan Pyrenees di Spanyol. "Berdasarkan analisis kami, M vidalii sezaman, kalau tidak lebih tua dibanding Archaefructus," kata Dilcher.

Los Angeles Times memberitakan, Senin (17/8/2015), M vidalii diprediksi hidup 125 juta-130  tahun lalu, pada masa Cretaceous, saat dinosaurus masih eksis di Bumi.

Karena 98 persen bunga yang eksis sekarang hidup di daratan, banyak ilmuwan beranggapan bahwa bunga juga muncul kali pertama di daratan.

Penemuan ini mungkin mengubah pandangan tersebut. "Angiosperma masa Cretaceous, seperti Archaefructus dan Montsechia, membuka peluang terhadap bunga akuatik umum pada masa awal evolusi angiosperma," tulis Dilcher.

"Habitat akuatik mungkin berperan penting dalam diversifikasi angiosperma awal," imbuh Dilcher yang meneliti evolusi bunga selama puluhan tahun.

Menikmati Keindahan Laut dan Sejarah Goa Jepang di Lhokseumawe


Sejumlah pengunjung berdatangan ke Goa Jepang, Desa Blang Payang, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Aceh, Senin (3/8/2015). Obyek wisata sejarah ini baru dibuka sekitar dua bulan lalu.

Semilir angin menyibak rambut para pengunjung. Ya, letak gua itu memang diketinggian 100 meter di atas permukaan laut. Masyarakat lokal mengenalnya dengan sebutan Bukit Goa Jepang. Sedangkan Pemerintah Lhokseumawe menamai obyek wisata ini sebagai Taman Ngieng Jioh (Taman Melihat Jauh).

Jika hendak menuju obyek wisata ini, letaknya persis di jalan lintas nasional Medan-Banda Aceh. Ketika berada di Desa Blang Payang, atau Taman Makam Pahlawan Lhokseumawe, silakan berbelok ke kanan. Lalu mendaki bukit kecil itu. Di puncak bukit itulah Goa Jepang berada.

Dari puncak bukit ini, arahkanlah pandangan ke seluruh mata angin. Semua menawarkan keindahan tersendiri sembari menikmati semilir angin.

Jika melihat ke selatan, anda bisa melihat rerimbunan pohon sembari menikmati desiran angin. Jika ke utara, anda bisa menyaksikan laut biru Selat Malaka. Sedangkan jika melihat ke barat, anda bisa melihat kilang PT Arun NGL yang tersohor itu. Lengkap dengan kapal tanker LNG yang bersandar.
Kilang PT Arun NGL dilihat dari Goa Jepang di Lhokseumawe, Aceh.
Goa itu dibangun 1942. Benteng terakhir Jepang sebelum Sukarno mendeklarasikan Kemerdekaan RI pada 1945. Sayangnya panjang goa ini hanya 100 meter. Jika ingin melihat ke dalam dan kebetulan sedang ramai pengunjung, maka harus sabar antre.

Goa ini tidak terkoneksi dengan goa lainnya di bukit itu. Tampaknya, goa ini semata-mata untuk pertahanan kelompok kecil dari serangan musuh. Bunker yang dibangun Jepang banyak ditemukan di bibir pantai Lhokseumawe. Goa ini konon juga sebagai pengintai musuh yang datang dari laut lepas.

“Jika hari libur Sabtu dan Minggu, pengunjung bisa 100 sampai 200 orang. Pada liburan Idul Fitri lalu tercatat 10.000 pengunjung. Jika hari biasa, jumlahnya hanya puluhan orang saja,” kata Aidil, salah seorang penjaga obyek wisata itu.

Untuk masuk ke obyek wisata itu, pengunjung harus membeli tiket seharga Rp 5.000. Aidil menyebutkan pengunjung dari Medan dan sejumlah kabupaten/kota lainnya kerap singgah di Goa Jepang. “Mungkin karena penasaran bagaimana bentuk goa itu,” sebut Aidil.

Informasi lain menyebutkan, goa itu beberapa kali berubah fungsi. Ketika tahun 1965, goa itu sempat dijadikan tempat eksekusi mereka yang dicap sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketika konflik Aceh yang melibatkan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah RI, goa itu sempat dijadikan tempat penampungan sementara mereka yang diduga terlibat GAM. Setelah ditampung di goa itu, mereka yang bersalah akan menjalani proses hukum di Polres Lhokseumawe. Kini, goa itu menjadi lokasi wisata.

“Menikmati keindahan alam dari ketinggian itu sangat menyenangkan. Di Lhokseumawe dan Aceh Utara ya hanya di sini kita bisa menikmati keindahan itu,” ujar Saiful Nurdin, salah seorang pengunjung.

Selain itu, sambung Saiful, bisa juga menyaksikan bagaimana Jepang membuat benteng pertahanannya. “Ini memudahkan bercerita sejarah Jepang menjajah Indonesia untuk anak-anak,” pungkas Saiful.

Nah, jika ingin menikmati keindahan alam lepas dan berwisata sejarah silakan berkunjung ke Goa Jepang Lhokseumawe.

Melongok Suiseki Raksasa Penuh Telapak Kaki

Kekayaan alam Indonesia bukan hanya batu akik, ternyata negeri ini juga kaya suiseki (batu air) dalam berbagai ukuran. Salah satunya adalah suiseki raksasa yang terdapat di Desa Serule, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Suiseki yang oleh warga Desa Serule diberi nama Atu Seleman, tingginya sekitar 5 meter dan panjangnya mencapai 15 meter.

Suiseki raksasa berwarna hitam itu dipenuhi oleh relief alam berbentuk telapak kaki manusia dan hewan dengan berbagai ukuran. Selain Atu Selemen, sekitar 20 meter ke arah Timur terdapat suiseki raksasa lainnya yang diberi nama Atu Perukumen.

Keunikan Atu Perukumen, di atasnya terdapat sebuah lempengan. Apabila lempengan itu diketuk dengan batu akan mengeluarkan bunyi, seperti bunyi gong. Ukuran Atu Perukumen lebih kecil dari Atu Seleman. Begitulah keunikan suiseki raksasa yang terdapat di Desa Serule, Aceh Tengah.

Untuk membuktikan keunikan suiseki raksasa itu, Kamis (9/4/2015), kami bersama arkeolog Ketut Wiradnyana mencoba mendatangi lokasi tersebut. Jalan menuju lokasi adalah jalan dengan permukaan tanah. Jarak Kota Takengon sekitar 46 Km yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.

Sekitar pukul 11.00 WIB, perjalanan “Melongok Suiseki Raksasa Penuh Telapak Kaki” dimulai. Kami menggunakan dua unit mobil warna hitam. Pelan-pelan mobil meninggalkan Kota Takengon,  merangkak tebing-tebing terjal di sisi Utara Danau Laut Tawar.

Ruas jalan ini sedang dalam proses perbaikan. Debu dari permukaan jalan berterbangan ke udara. Lubang-lubang menganga juga memenuhi permukaan jalan menuju ke arah Desa Serule itu. Kondisi inilah yang menyebabkan mobil tidak dapat dipacu dalam kecepatan tinggi.

Tepat pukul 12.30 WIB, kami tiba di persimpangan jalan menuju ke arah Desa Serule. Lima belas menit kemudian, kami tiba di persimpangan jalan menuju ke arah Layong. Kami berbelok ke arah Layong melewati jalan tanah berdebu. Suasananya sangat sepi, di kiri-kanan jalan hanya terlihat tegakan pohon pinus.

Wow, Ada Danau Tengkorak Misterius di Himalaya

Tak hanya tinggi, Pegunungan Himalaya menyembunyikan danau es mengerikan yang terselip di antara jurang kecil. Saat es mencair, yang biasanya terjadi selama satu bulan dalam setahun, ratusan kerangka manusia terlihat menonjol dari danau air dingin sedalam 2 meter itu. Kumpulan tulang disertai potongan daging dan juga rambut tersebut telah mengalami proses pengawetan alamiah melalui pengeringan, iklim yang dingin, dan tentu dalam proses yang panjang.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi sehingga begitu banyak orang mati di Danau Roopkund di Uttarakhand, India, ini?
Selama bertahun-tahun, kebenaran yang menakutkan itu dibiarkan kabur. Penduduk setempat menamakan danau yang terletak di ketinggian 5.000 meter di atas permukaan air laut itu sebagai "Mystery Lake" atau "Danau Misterius", menurut kepercayaan Hindu dan mitos aneh yang muncul dari masa lampau.
Seorang penjaga hutan dari Inggris menemukan situs ini saat sedang mendaki gunung ketika Perang Dunia II berlangsung. Dia menduga, kerangka-kerangka tersebut merupakan tentara Jepang yang menyelinap masuk melalui India. Namun, kumpulan manusia tersebut sudah berada di sini terlalu lama menurut laporan Atlas Obscura.
Sementara itu, yang lainnya percaya bahwa tengkorak-tengkorak itu bisa jadi milik prajurit Kashmir yang kembali dari pertempuran Tibet pada 1841. Namun, bisa juga tengkorak-tengkorak itu milik pihak kerajaan King Raja Jasdhaval dan istrinya, Rani Balampa, setelah mereka terjebak badai salju. Pihak lain menyatakan, kerangka misterius ini tampak seperti sisa-sisa dari kejadian bunuh diri massal atau kematian karena epidemi.
www.trekthehimalayas.com Danau Rookpund, danau misterius di Pegunungan Himalaya
Pada 2004, ilmuwan memiliki terobosan. Jurnalis National Geographic mengambil 30 kerangka dan membawanya ke Pusat Seluler dan Biologi Molekular di Hyderabad untuk diproses dalam tes DNA. Sampel lalu dikirim ke unit akselerasi radiokarbon Universitas Oxford. Dari uji laboratorium tersebut, kerangka itu terbukti sudah ada sejak tahun 850 Masehi.
Mereka pun mempelajari benda-benda yang tersisa milik peziarah India dan pemandu lokal melalui cincin, tombak, dan sepatu kulit yang ditemukan di danau.
Diketahui, mereka semua terbunuh karena pukulan fatal di belakang kepalanya dengan sesuatu yang keras dan bulat seperti bola kriket. Mereka juga terlihat seperti terperangkap dalam badai hebat.
Para ilmuwan percaya, sebanyak 600 mayat bisa saja masih terkubur dalam salju dan es di danau tersebut, menurut situs pendakian Roopkund.
Misteri lain masih tertinggal di sekitar danau sepi ini. Sisa-sisa kerangka dan benda pribadi dikatakan menghilang dari situs tersebut setiap tahunnya, dicuri oleh pendaki, tertiup angin, dan bisa juga terkaburkan oleh salju.
Dengan pemantauan dan pemeliharaan yang minim, sejarah yang kaya ini bisa hilang seiring berjalannya waktu, dan rahasia dari ratusan tubuh yang terkubur akan tersembuyi selamanya.

Bukti Baru Dinosaurus Punah karena Asteroid

Telah lama diduga bahwa salah satu penyebab kepunahan dinosaurus adalah hantaman asteroid. Peristiwa itu terjadi pada masa Creatcous Tersier dan dikenal dengan istilah peristiwa K-T.

Kini, geolog mendapatkan bukti baru bahwa apa yang diduga memang benar. Para geolog menganalisis kawah tumbukan selebar 180 km di dekat kota Chicxulub, Meksiko. Hantaman asteroid berukuran 10 km itu melepaskan energi sebanyak 100 triliun ton TNT, miliaran kali bom Hiroshima dan Nagasaki.

Hasil analisis mengungkap, tumbukan yang membentuk kawah Chicxulub dan peristiwa K-T hanya selisih 33.000 tahun. Hasil ini diperoleh dengan teknik penanggalan radioaktif presisi tinggi, melihat proporsi radioaktif pada material di kawah tumbukan.

Fakta yang terungkap lewat penelitian ini memperbarui hasil riset sebelumnya yang menyatakan bahwa selisih peristiwa K-T dengan tumbukan yang membentuk Chicxulub adalah antara 300.000 dan 180.000 tahun.

"Kami menunjukkan bahwa tumbukan dan kepunahan massal terjadi dalam waktu berimpitan sehingga satu bisa didemonstrasikan dengan teknik penanggalan yang ada sekarang," kata Paul Renne, seorang pakar geokronologi dan Direktur Berkeley Geochronology Center di California.

Meski tumbukan dan kepunahan massal terjadi dalam waktu berimpitan, tumbukan asteroid tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya penyebab kepunahan. Perubahan iklim yang terjadi jutaan tahun di masa itu juga berkonstribusi menggiring fauna di ambang kepunahan.

"Fenomena yang terjadi sebelumnya membuat ekosistem global menjadi lebih sensitif terhadap pemicu yang relatif kecil," papar Renne seperti dikutip Livescience, Kamis (7/2/2013) lalu. Riset ini dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (8/2/2013).

Perkembangan Embrio Dinosaurus Tersingkap

lmuwan menyingkap misteri perkembangan embrio dinosaurus. Mereka juga mengetahui bahwa seperti halnya embrio burung modern, embrio dinosaurus juga bergerak di dalam telur.

Tersingkapnya proses perkembangan dinosaurus ini bermula dari penemuan 200 fosil embrio dinosaurus. Fosil berserakan bersama fragmen cangkang telur yang dipercaya milik golongan dinosaurus Lufengosaurus. Fosil merepresentasikan berbagai tahap perkembangan.

Memfokuskan penelitian pada bagian tulang paha, ilmuwan mengungkap bahwa dinosaurus mengalami pertumbuhan cepat di dalam telur. Sebelum menetas, tulang mengalami pemanjangan secara cepat mencapai dua kali lipat panjang semula.

Dr Robert Reisz dari University of Toronto, Kanada, yang melakukan riset, mengatakan, analisis anatomi tulang dan struktur internal menunjukkan bahwa seperti pada burung, otot dinosaurus aktif di dalam telur sehingga membantu pembentukan rangka.

"Ini menunjukkan bahwa dinosaurus, seperti burung modern, bergerak keliling di dalam telur. Ini merepresentasikan bukti pertama gerakan itu pada dinosaurus," Reisz seperti dikutip Daily Mail, Rabu (10/4/2013) yg lalu.

Lewat penelitian, ilmuwan juga berhasil mengungkap material organik di dalam tulang embrionik yang diduga merupakan kolagen pada jaringan ikat. Jaringan ikat adalah jaringan yang mendukung atau menghubungkan jaringan-jaringan lain di dalam tubuh.

Reisz mengatakan, "Ini adalah kali pertama kami mampu melacak perkembangan embrionik dinosaurus. Temuan kami akan memiliki dampak besar pada pemahaman akan biologi fauna ini." Ia menambahkan, temuan kali ini juga merupakan kali pertama fragmen dinosaurus ditemukan dalam kondisi bagus.

Fosil ini tepatnya ditemukan di Dawa, Lufeng County. Fosil yang diduga berusia 200 juta tahun itu berasal dari beragam wilayah. Namun, fosil itu kemudian tersapu oleh banjir hingga terbawa ke lokasi ekskavasi di Yunnan, China bagian selatan.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sejarah Peradaban Dunia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger